Selasa, 10 Januari 2012

Studi Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia

Perkembangan utang luar negeri merupakan problematika akut yang dihadapi oleh perekonomian Indonesia. Jika direview sejarah, transaksi Utang Luar Negeri itu sendiri sudah terjadi pada era awal kemerdekaan , Selama kurun waktu 50 tahun-an tetap ada bantuan dan utang luar negeri yang masuk ke Indonesia , utang luar negeri yang diwariskan mencapai angka sebesar USD 2,1 , meski pemerintah berupaya menekan perkembangan utang luar negeri , pada kenyataannya ULN masih tetap menjamur dan menjadi beban yang harus dipikul indonesia .

Terkait dengan Utang Luar Negeri, banyak studi yang membahas mengenai hal ini diantaranya keynesian dan ricardian equivalence . Keynesian melihat dari sisi pemotongan tingkat pajak (tax cut) akan menstimulus pengeluaran masyarakat dan mereduksi tabungan nasional. Reduksi tabungan nasional akan meningkatkan suku bunga dan akan terjadi crowding out investasi di sector riil. Melemahnya investasi akan menyebabkan perekonomian secara keseluruhan. Sementara perspektif lain Ricardian Equivalence yang lahir dari pandangan david Ricardo melihat bahwa utang pemerintah saat ini adalah sama atau ekivalen dengan pajak di masa depan. Di sini berarti pajak yang akan datang akan sama dengan pajak saat ini.

Ø Bert F. Hoselitz mendukung adanya utang luar negeri karena utang luar negeri diperlukan dalam pembangunan, karena pembangunan memerlukan pemasokan dari berbagai unsur , diantaranya pemasukan besar dari modal asing dalam hal ini utang luar negeri.

Ø alex Inkeles dan David H. Smith : memiliki pandangan berbeda , menurutnya utang luar negeri bukan satu-satunya jalan untuk mewujudkan pembangunan,namun bagaimana tenaga manusia yang terampil dan berkualitas mampu menggunakan dan mengembangkan sarana dan prasarana agar menjadi produktif .