Rabu, 09 Mei 2012

Sukhoi crash on Mount Salak: the fall of Russian pride


The chronological story begins with the Sukhoi was beginning to lose their contact with the Halim Perdana Kusuma airport at 13:30 pm Wednesday. Sukhoi-designed passenger capacity of 75-90 people, Sukhoi aircraft SUPERJET 100 is made through the Russian-Italian cooperation, with the capability of its aircraft is capable of landing with only one pilot. However, fate would. A great work is actually falling while being a demo flight in Indonesia, according to sources related to the three airline companies in Indonesia intend to buy this aircraft. 1000 people were deployed to locate the ruins of this wreckage. what happened with this plane? only reconstruct from the blackbox that can be explained.

Kamis, 05 April 2012

Sinergitas antara Ekonomi Tradisional dengan Ekonomi Modern



Latar Belakang

Sepanjang perjalanan perekonomian di Dunia , sistem ekonomi mengalami pasang surut .Dimulai dari sistem ekonomi merkantilisme yang mengacu pada perdagangan dan emas-nya sebagai satuan pengukur nilai , hingga pada suatu ketika sistem tersebut dinilai tidak lagi relevan .Mengingat semakin tidak terbatasnya jumlah kebutuhan dihadapkan pada terbatas dan langkanya emas di Dunia . Sebagai jawaban atas kondisi tersebut, Adam Smith mampu menjawab dengan Ekonomi Liberalnya yang mana sekarang ini dikenal sebagai sistem ekonomi modern. Meski kerangka sistem ekonomi liberal tersebut dinilai cukup kuat , namun dalam perkembangannya , sistem tersebut mendapatkan respon dari sistem baru yang dianggap lebih memihak pada kalangan bawah ( kaum proletar ) , yang mana sistem liberal / kapitalis dinilai hanya cenderung menguntungkan kalangan atas ( kaum borjuis ) .Sistem ekonomi baru tersebut disebut sistem ekonomi sosialis. Meski sistem liberal kapitalis seringkali di kritisi oleh berbagai pihak , pada kenyataannya sistem ini tetap bertahan bahkan berkembang hingga sampai seperti sekarang ini.Mengingat hanya sistem ini lah yang dapat diterima oleh pemikiran rasional dengan effisiensi yang menjadi tujuannya dan sistem persaingan sempurna sebagai jalannya .

Berbagai rangkaian perjalannya evolusi sistem ekonomi tersebut , juga memberikan effek terhadap alur sejarah kehidupan ekonomi di Indonesia . Dari sistem merkantilis yang diadopsi sebagai sistem ekonomi tradisional di Indonesia, hal tersebut dapat diamati dari terdapatnya sistem barter di Indonesia. Sampai dari ekonomi Indonesia yang mengadopsi sistem kapitalis dan sosialis , dengan sistem perdagangan bebas dan melibatkan pemerintah selaku pengawas perekonomian.Dari Kedua Indikator tersebutlah maka di indonesia terdapat dualisme ekonomi yaitu sistem ekonomi tradisional yang bertahan ditengah gempitan globalisasi, dan sistem ekonomi modern dengan perdagangan bebas dan inovasi dengan peran teknologinya .

Kemajuan sistem ekonomi yang diharapkan membawa kemajuan secara makro, justru pada kenyataannya sistem ekonomi modern menjadi predator yang mengeksploitasi masyarakat bawah yang notabennya menganut sistem ekonomi tradisional. Sebagai contoh dengan adanya Mall ,Supermarket ,dan Infrastruktur modern lainnnya yang digadang mampu meningkatkan PAD demi terwujudnya pemerataan dan kesejahteraan bersama , namun justru malah melumpuhkan usaha kecil dan mikro lainnya seperti pasar tradisional. Parahnya lagi banyak daerah menangkap fenomena menjamurnya infrastruktur modern ini sebagi suatu proyek menguntungkan yang mana sebenarnya akan semakin meminggirkan ekonomi tradisional yang dulu merupakan tulang punggung perekonomian Nasional.Dampaknya pasar – pasar tradisional yang dulu dinanti nanti konsumen , kini sepi pengunjung karena lari ke pasar modern yang lebih mewah dan memiliki daya saing baik itu harga maupun kualitas. Hal ini menjadi isu hangat di kursi parlemen, dimana pemerintah dituntut untuk mampu mencari solusi jalan tengahnya, dimana fenomena dualisme ekonomi ini tidak hanya berpihak pada satu sisi saja. Berbagai solusi dan pemikiran pun bermunculan , dari upaya modernisasi ekonomi tradisional hingga segmentasi pasar. Hal tersebut menjadi perdebatan sengit hingga sekarang ini.

Perspektif Pemikiran Terdahulu

Immanuel Wallerstein mengemukakan dalam teorinya yang terkenal (world system theory) yaitu didalam modernisasi didunia terdapat hierarki kekuasaan antara kaum inti dan pinggiran,dimana kaum inti akan mengeksploitasi kaum pinggiran yang lemah.

W.W Rostow memiliki pandangan tentang perlunya perubahan dari masyarakat ekonomi tradisional ke ekonomi modern

Smith berpendapat bahwa sikap egoistis manusia tdak akan mendatangkan kerugian dan merusak masyarakat sepanjang ada persaingan bebas.

Selain itu Smith juga menghendaki campur tangan pemerintah seminimal mungkin.Biarkan perekonomian berjalan secara wajar tanpa adanya campur tangan dari pemerintah,karena nanti akan ada invisible hand yang akan membawa perekonomian tersebut kearah keseimbangan.

Kritik Terhadap Pemikiran Terdahulu

Sebagai dampak adanya modernisasi ialah akan timbulnya hierarki dalam masyarakat akan melahirkan kelas dalam masyarakat , yang melatarbelakangi terjadinya pelemahan terhadap kalangan ekonomi lemah dalam hal ini masyarakat konvensional dengan ekonomi tradisionalnya.

Dengan adanya eksploitasi terhadap kaum pinggiran yaitu msyarakat tradisioanal, akan dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan angka kemiskinan

Adanya perubahan dari sistem tradisional ke modern secara revolusioner akan mematikan SDM yang memiliki tingkat ketrampilan yang rendah ( unskill worker ) Adanya kebebasan individu ,akan melahirkan masyarakat yang individualistis yang pada nantinya akan melahirkan suatu kompetisi yang tidak sehat.

Tanpa adanya campur tangan dari pemerintah akan timbul monopoli dalam pasar.

Pemikiran Ekonomi Baru

Indonesia kini sedang bergulat dengan reformasi politik telah membuat kekeliruan.yaitu terlalu menekankan berfokus pada pertumbuhan ekonomi materiil saja.Selain itu konsentrasi akan ekonomi modernlah yang memberikan dampak dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri kurang dapat dirasakan secara makro, sebab pertumbuhan ekonomi itu sendiri tidak dibarengi dengan hidupnya sektor mikro seperti pasar tradisional dan usaha kecil menengah. Akibatnya semakin timbulnya jurang antara rakyat yang kaya dan yang miskin, yang menimbulkan terbentuknya kelas dalam masyarakat,semakin tebalnya jurang antara si kaya dengan si miskin akan menimbulkan dampak terjadinya eksploitasi terhadap si miskin.

Krisis ekonomi di Indonesia sekarang ini menurut para ahli ekonomi selain karena kurang bergeraknya sektor mikro karena dominasi oleh pihak tertentu juga diakibatkan oleh investasi yang berlebihan ( over investment ) terutama disektor real-estate yang sebenarnya kurang produktif tetapi menguntungkan . Karena usaha – usaha real-estate ini dibiayai dengan kredit perbankan ,jika real-estate mati maka perbankan pun akan ikut mati dan pada akhirnya pemerintah harus turun tangan melakukan rekapitulasi perbankan.

Ironis memang dengan keberadaan infrastruktur modern tersebut, telah meminggirkan kaum-kaum miskin disudut kota yang tak terjamah.

Pasar-pasar Tradisional yang Dulu sebagai Tulang Punggung perekonomian Daerah,hampir tak tersentuh Konsumen.

Sebenarnya dari Semua ini ada jalan keluarnya, Pemerintah disini sebagai pemangku kebijakan harus mampu menjadi penengah antara masyarakat ekonomi tradisional dan masyarakat ekonomi Modern.Bukan tidak mungkin Jika itu mampu diwujudkan,tingkat kemiskinan Daerah pun akan menurun karena semua sektor dapat tergerak dan hidup.


Kesimpulan

Beberapa gambaran diatas dapat dijadikan acuan bagi Pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mengambil suatu kebijakan berlandaskan ekonomi modern ditengah persaingan global, namun harus melibatkan masyarakat ekonomi tradisional sebagai sisi pendukungnya.

Harus adanya kontribusi pemerintah dalam menghidupkan sektor mikro , untuk menjamin semua sektor dapat tergerak dengan normal dan memberikan indikasi positif.

Di kancah Globalisasi menuntut adanya rekonstruksi struktur pasar, oleh karena itu pemerintah harus jeli menempatkan masyarakat ekonomi tradisional,karena bukan tidak mungkin dengan adanya pasar tradisonal justru akan meningkatkan daya tarik pariwisata .

Perlu adanya masa transisi bagi pasar tradisional untuk menyesuaikan atau beradaptasi dengan perkembangan budaya masyarakat yang ada.

Harus adanya regulasi yang tegas dan jelas untuk menghindari terjadinya monopoli dari swasta yang cenderung eksploitatif .

Perlu adanya sinergitas antara ekonomi Modern dan tradisional di indonesia mengingat kemejemukan masyrakat indonesia seringkali membuat sebagian terpinggirkan.

Rabu, 29 Februari 2012

Wisata Goa Pindul


Pada liburan semester 5 , saya dan beberapa rekan-rekan ekonomi pembangunan berwisata ke Goa Pindul .Perjalanan tersebut merupakan kunjungan ketiga saya di tempat wisata tersebut . Meskipun demikian tak ada sedikitpun rasa bosan mengunjungi obyek wisata tersebut , karena Goa Pindul memiliki daya tarik tersendiri yang membuat wisatawan ketagihan berkunjung kesana. Goa Pindul itu sendiri terletak di Desa Bejiharjo , Kecamatan Karangmojo , Kabupaten Gunung kidul . Terdapat dua jalur alternatif yang dapat dijadikan pilihan yaitu melalui jalur solo-jogja-gunung kidul ataupun solo – sukoharjo – gunung kidul. Jalur Solo-Sukoharjo sering dipilih dikarenakan memiliki jarak tempuh yang lebih dekat yaitu melalui alur rute jalan Solo-Sukoharjo-Tawangsari-Semin-Gunung kidul-Karangmojo-Bejiharjo. Sesampainya di Desa Bejiharjo para wisatawan baik yang menggunakan angkutan , backpacker , ataupun berkendaraan akan diantarkan oleh penduduk sekitar yang standby di pos-pos pinggir jalan desa tersebut secara Gratis.

Setelah sampai di Lokasi sebelum menuju Goa , kita terlebih dahulu mendaftarkan diri ke sekretariat untuk melakukan administrasi , cukup dengan biaya Rp 30.000/orang kita dapat menikmati wahana tersebut.Setelah administrasi terpenuhi , pemakaian alat pengaman badan pun dilakukan seperti : pelampung badan , headlamp , dan ban apung . Setelah pengaman terpasang , sebelum menuju Goa para wisatawan termasuk saya dan tim di breafing dan melakukan doa bersama yang kemudian dilanjutkan dengan yel – yel penyemangat , dan kemudian baru menuju ke Lokasi Goa.


Berbicara mengenai daya tarik , Goa Pindul itu sendiri merupakan obyek wisata “cave tubing” . Cave Tubing merupakan olahraga air dengan menggunakan media ban sebagai sarana dalam menyusuri goa . Goa tersebut memiliki panjang kurang lebih sekitar 300meter dan dengan kedalaman 5-11meter yang mana dibagi atas tiga zona , yaitu zona terang, zona remang dan zona gelap abadi . Zona terang akan dilewati pada saat menyusuri mulut Goa . Didalam zona terang wisatawan akan disambut stalaktit tirai di pinggir goa yang sungguh elok dan mengagumkan . Di Zona remang kita akan melewati stalaktit yang besar dan merupakan salah satu yang terbesar di-Dunia. Sedangkan Di Zona Gelap abadi para wisatawan akan menemukan batu gong yang nyaring ketika dipukul . Didalam zona gelap abadi perjalan akan dihentikan sejenak , dan para wisatawan diberi kesempatan untuk merenung dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa.

Habislah gelap terbitlah Terang , setelah melalui ketiga zona goa , sampailah para wisatawan kemulut Goa yang menjadi akhir dari perjalanan cave tubing goa pindul . Namun demikian Justru menurut saya menjadi spot yang paling menarik , karena terdapat tebing tinggi kurang lebih dengan tinggi 7-8 meter yang menjadi spot untuk terjun bebas . Menurut saya pribadi tak ada kata yang tepat untuk menjelaskan apa yang saya rasakan ketika terjun , yang jelas dan pastinya saya merasa semua beban dan penat yang ada dalam benak serasa turut terjun dan terhanyut . “Luar biasa...!!! yah...” hanya itu yang dapat saya haturkan .Unik , menarik dan mengesankan , bagi saya pribadi pada khususnya dan mungkin bagi teman-teman yang lain pada umumnya.

Sedikit tambahan ,Berdasarkan keterangan dari Narasumber setempat yang pertama Goa Pindul merupakan goa yang memiliki sumber mata air sungai bawah tanah yang mampu mengirigasi sawah sebesar 80 hektar dari 5 desa . Kedua, Hasil dari pendapatan wisata goa pindul 90% akan dimanfaatkan untuk perbaikan infrastruktur Desa , 10 % Sisanya sebagai pendapatan warga setempat , yang menjadi pemandu wisata , dengan upah Rp 17.000,00 /trip . Ketiga , Obyek Wisata Goa Pindul sebenarnya belum lama diresmikan , yaitu awal tahun 2011 melalui kerjasama Penduduk , Swasta dan Gagasaan Mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata ditempat tersebut.

Demikianlah sedikit cerita saya mengenai eksotisme wisata Goa Pindul , semoga menarik dan menginspirasi .

Selasa, 10 Januari 2012

Studi Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia

Perkembangan utang luar negeri merupakan problematika akut yang dihadapi oleh perekonomian Indonesia. Jika direview sejarah, transaksi Utang Luar Negeri itu sendiri sudah terjadi pada era awal kemerdekaan , Selama kurun waktu 50 tahun-an tetap ada bantuan dan utang luar negeri yang masuk ke Indonesia , utang luar negeri yang diwariskan mencapai angka sebesar USD 2,1 , meski pemerintah berupaya menekan perkembangan utang luar negeri , pada kenyataannya ULN masih tetap menjamur dan menjadi beban yang harus dipikul indonesia .

Terkait dengan Utang Luar Negeri, banyak studi yang membahas mengenai hal ini diantaranya keynesian dan ricardian equivalence . Keynesian melihat dari sisi pemotongan tingkat pajak (tax cut) akan menstimulus pengeluaran masyarakat dan mereduksi tabungan nasional. Reduksi tabungan nasional akan meningkatkan suku bunga dan akan terjadi crowding out investasi di sector riil. Melemahnya investasi akan menyebabkan perekonomian secara keseluruhan. Sementara perspektif lain Ricardian Equivalence yang lahir dari pandangan david Ricardo melihat bahwa utang pemerintah saat ini adalah sama atau ekivalen dengan pajak di masa depan. Di sini berarti pajak yang akan datang akan sama dengan pajak saat ini.

Ø Bert F. Hoselitz mendukung adanya utang luar negeri karena utang luar negeri diperlukan dalam pembangunan, karena pembangunan memerlukan pemasokan dari berbagai unsur , diantaranya pemasukan besar dari modal asing dalam hal ini utang luar negeri.

Ø alex Inkeles dan David H. Smith : memiliki pandangan berbeda , menurutnya utang luar negeri bukan satu-satunya jalan untuk mewujudkan pembangunan,namun bagaimana tenaga manusia yang terampil dan berkualitas mampu menggunakan dan mengembangkan sarana dan prasarana agar menjadi produktif .

Rabu, 28 Desember 2011

Krisis Keuangan Global dan Integrasi Ekonomi:
Bukti ASEAN 5

( Lukman Hakim , Ph.d )

Abstraksi

Piagam ASEAN telah diratifikasi oleh sepuluh negara anggota ASEAN pada 2008. Hal ini untuk menegaskan kembali komitmen negara-negara anggota untuk pembentukan kawasan perdagangan ASEAN bebas pada 2015. Anggota ASEAN harus mempersiapkan diri dengan aspek ekonomi dan non ekonomi yang akan dihadapi era ini. Namun demikian, krisis keuangan global bisa menjadi halangan besar bagi pelaksanaan kawasan perdagangan ASEAN bebas. Dalam studi ini, kita mencoba untuk menentukan bagaimana krisis keuangan global mungkin bisa mempengaruhi penciptaan integrasi ekonomi regional antar negara ASEAN.

Penelitian didasarkan pada paradigma Newton pada ekonomi regional atau biasa sering disebut model gravitasi. Model Gravitasi mengeksplorasi hubungan ekonomi dari banyak daerah atau negara. Sifat inti dari model gravitasi adalah ekspor, PDB, populasi dan jarak negara. Kami akan menggunakan metode data panel untuk mengeksekusi model. Hal ini diikuti dengan analisis kemungkinan integrasi ekonomi menggunakan model gravitasi inti. Selanjutnya, kita akan menggabungkan Tekanan Pasar Bursa (EMP) sebagai indeks krisis keuangan kepada gravitasi inti model, untuk menentukan pengaruh krisis keuangan di ASEAN-5 ekonomi integrasi. Hasilnya menunjukkan EMP memberikan efek negatif pada integrasi ekonomi ASEAN-5. Dalam hasil keseluruhan dilaporkan di sini menunjukkan bahwa ekonomi integrasi adalah mungkin untuk mengimplementasikan ASEAN-5 negara. Tapi, krisis global keuangan akan menjadi ancaman bagi pelaksanaan integrasi ekonomi itu sendiri

Latar belakang

Salah satu topik terkemuka untuk membuat suatu keberlangsungan ekonomi makro negara ASEAN adalah dengan membangun integrasi ekonomi. Banyak skema ekonomi integrasi yang telah diceramahkan antara lain tentang Dana Moneter Asia (AMF), ASEAN Ekonomi Arrangement (AEA), dan ASEAN kawasan perdagangan bebas. Untuk membuat kuat kerangka dasar integrasi ekonomi di kawasan perdagangan bebas.pemimpin Negara-negara ASEAN telah meratifikasi Piagam ASEAN pada tahun 2008. Hal ini untuk menegaskan kembali komitmen dari negara-negara anggota untuk pembentukan daerah perdagangan ASEAN bebas pada tahun 2015.

Namun demikian, krisis keuangan global dapat menjadi penghalang besar bagi pelaksanaan kawasan perdagangan bebas ASEAN. Dalam studi ini, kita mencoba untuk menentukan bagaimana krisis keuangan global mungkin bisa mempengaruhi penciptaan integrasi ekonomi regional antara negara-negara ASEAN. Penelitian didasarkan pada paradigma Newton pada model ekonomi regional atau sering disebut gravitasi ( Gravity model). Gaya berat Model mengeksplorasi hubungan ekonomi banyak daerah atau negara. Sementara itu, untuk mengeksplorasi krisis indeks ekonomi, kita menggunakan pertukaran tekanan pasar “exchange market presurre” (EMP).

Girton & Roper (1977) pertama mengembangkan EMP di Kanada. Banyak ekonom yang menggunakan EMP untuk memperkirakan di banyak negara seperti Connolly & Silveira (1979) mengambil kasus perekonomian Brasil dan Burderkin & Burkett (1990) pada kasus Kanada. Dalam konteks krisis ekonomi pada 1990-an dan 2000-an terakhir, Penyamak (2001) dan Pontines & Siregar (2007) menyelidiki dampak global krisis ekonomi di Negara-negara Asia.


Sebelum penelitian integrasi ekonomi, biasanya digunakan untuk teori mata uang optimum area (OCA). OCA berdasarkan kontribusi mani Mundell (1961), McKinnon (1963) dan Kenen (1969). Mundell (1961) dipandang sebagai faktor mobilitas sebagai kriteria kunci pada pilihan mata uang serikat . McKinnon (1961) berpendapat bahwa keterbukaan terhadap perdagangan eksternal harus menjadi kriteria penting lain yang berbeda. Kenen (1969) menambahkan bahwa diversifikasi produk sebagai kriteria mata uang serikat. Ketiga makalah telah mewakili teori inti dari area mata uang optimal dan telah menjadi dasar untuk banyak pekerjaan empiris terakhir. Menurut Tavlas (1993) dan Mongelli (2002), karakteristik mata uang optimal membagi kriteria ekonomi dan non ekonomi.Kriteria Non ekonomi terdiri dari politik, sejarah dan aspek bahasa, sementara kriteria ekonomi adalah siklus bisnis, hubungan perdagangan dan integrasi keuangan. Aspek siklus Bisnis memiliki kesamaan shock dan inflasi; tingkat faktor mobilitas ; keterbukaan dan ukuran ekonomi; fleksibilitas harga dan upah dan fiskal integrasi. Aspek hubungan perdagangan adalah tingkat diversifikasi komoditas, dan tingkat integrasi pasar barang. Aspek pasar keuangan adalah keuangan integrasi pasar terdiri dari saham dan pasar uang. Beberapa peneliti berfokus untuk mengembangkan model untuk menguji hubungan kriteria perdagangan.

Frenkel dan Rose (1998) mengembangkan sebuah kerangka baru yaitu endogenitas OCA. Mereka berfokus pada hubungan perdagangan di antara negara dan mengggunakan model gravitasi perdagangan internasional. Literatur besar yang mempekerjakan Model gravitasi titik jarak perdagangan internasional, tingkat pendapatan penduduk, dan proxy ukuran negara.

Rose (2000) dan Rose & Engel (2002) mengembangkangravity model” dengan variabel ekonomi seperti memperluas pengaturan perdagangan regional dan variabel non ekonomi seperti bahasa umum, perbatasan darat umum, umum bangsa, umum penjajah dan hubungannya. Efek-efek ekstra biasanya statistik signifikan dan ekonomis masuk akal, meskipun mereka menambahkan sedikit ke keseluruhan jelas kekuatan model. Model gravitasi digunakan untuk mengeksplorasi dampak mata uang serikat pada perdagangan internasional,ini telah dibahas panjang lebar oleh Rose (2000) dan Frankel & Rose (2002). Rose (2000) menambah gravity model untuk memperkirakan efek dari serikat mata uang dan volatilitas nilai tukar pada perdagangan. Dia menggunakan persamaan gravitasi standar terdiri dari perdagangan bilateral sebagai variabel dependen dan PDB, PDB per kapita, jarak, volatilitas pertukaran bilateral dan diperluas dengan banyak variabel boneka sebagai variabel independen. Variabel boneka terdiri dari persentuhan, bahasa umum, perjanjian perdagangan regional,bangsa umum, koloni, terjajah, dan mata uang bersama. Model diestimasi menggunakan 33,903 pengamatan perdagangan bilateral yang tencakup dalam tahapan lima tahun yang berbeda (1970, 1975, 1980, 1985, dan 1990) dieksekusi oleh OLS dan denan menggunakan metode pengumpulan data. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh volatilitas nilai tukar pada perdagangan yang kuat negatif, efek dari mata uang bersama dalam perdagangan adalah lebih besar positif, dan efek dari mata uang umum jauh lebih besar daripada efek hipotetis mengurangi volatilitas nilai tukar ke nol.

Frankel dan Rose (2002) mengamati implikasi dari mata uang bersama untuk perdagangan dan pendapatan dengan menambah model gravitasi. Mereka menggunakan standar persamaan gravitasi terdiri dari perdagangan bilateral login sebagai variabel dependen dan log PDB, log PDB per kapita, jumlah jarak log, pedalaman, log dari produk luas lahan, dan diperpanjang dengan banyak variabel boneka sebagai variabel independen. Para variabel boneka terdiri dari perbatasan darat bahasa umum, umum, penjajah, ex-colony/colonizer, politik serikat pekerja, umum FTA, serikat mata uang, dan papan mata uang. Panel data mencakup pengamatan hampir dari 8000 negara- pasangan pengamatan lebih dari 180 negara dan teritori di interval lima tahun dari 1970 hingga 1995 diperkirakan oleh OLS. Hasil studi menunjukkan mata uang yang serikat tampaknya memiliki dampak yang besar dalam menciptakan perdagangan.


Rose & van Wincoop (2001)
meneliti hubungan mata uang nasional dan mata uang serikat. Dorongan pada paper ini telah berhasil untuk memperkirakan manfaat nyata dari mata uang serikat. Mata uang serikat mengurangi hambatan perdagangan terkait dengan perbatasan nasional, mengarah ke peningkatan substansial baik dalam perdagangan dan kesejahteraan. Artinya, mata uang nasional tampaknya menjadi hambatan yang signifikan untuk perdagangan.Untuk mengurangi hambatan ini salah satu caranya ialah melalui mata uang serikat seperti Emu atau dolarisasi di Amerika sehingga akan mengakibatkan perdagangan internasional meningkat.

Rose (2004) mengeksplorasi banyak penelitian efek mata uang serikat pada perdagangan dengan model gravitasi dengan metode meta-analisis. Meta-analisis adalah seperangkat teknik kuantitatif untuk mengevaluasi dan menggabungkan hasil empiris dari studi yang berbeda. Dia telah menggunakan tiga puluh empat studi untuk meneliti efek perdagangan Mata uang serikat, menghasilkan 754 titik perkiraan efek. Temuan utama penelitiannya menghasilkan suatu hipotesis bahwa tidak ada efek perdagangan mata uang serikat yang dapat ditolak pada tingkat signifikansi standar dan gabungan perkiraan menyiratkan bahwa serikat mata uang bilateral meningkatkan perdagangan antara 30% dan 90%.

Summary(1989) dan Oh & Selmier(2008) meningkatkan model gravitasi dengan faktor politik internasional. Summary (1989) menyatakan bahwa variabel internasional politik serta ekonomi telah digunakan untuk menjelaskan perdagangan bilateral AS. Dia menggunakan model gravitasi standar terdiri dari ekspor dan impor sebagai variabel dependen dan PDB, jarak, populasi dan ditingkatkan empat variabel politik internasional sebagai variabel independen. variabel Internasional politik meliputi arms transfer (transfer lengan), hak-hak politik, pegawai sipil, dan agen-agen asing.Termasuk data selama enam puluh enam mitra dagang AS dari 1978 sampai 1982.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transfer senjata, karyawan sipil dan agen-agen asing itu ditemukan positif dan signifikan, tetapi hak-hak politik tidak signifikan. Sementara itu, Oh & Selmier (2008) mengembangkan model gravitasi dengan aspek diplomasi internasional di negara-negara ASEAN. Mereka menggunakan uni-directional impor sebagai variabel PDB riil, riil per kapita PDB, jarak semua variabel dalam logaritma, variabel dummy, dan variabel diplomasi sebagai independen variabel. Variabel dummy terdiri dari perbatasan bersama, bahasa, penjajah, dan hubungan kolonial. Variabel diplomasi jumlah pertemuan terdiri dari KTT, menteri, forum, dan komite. Studi ini menunjukkan bahwa hanya forum pertemuan hubungan diplomatik ditemukan positif, tetapi diperkirakan dengan persamaan panel pertama yang berbeda KTT dan pertemuan forum ditemukan positif dan signifikan. Secara umum studi ini menyatakan bahwa hubungan diplomatik konsisten meningkatkan aliran perdagangan terarah.


Kami mengikuti Rose dan Engel (2002) dalam menggunakan model gravitasi perdagangan internasional sebagai kerangka kami Secara khusus, kami bertanya apakah perdagangan bilateral antara dua negara lebih tinggi jika mereka keduanya menggunakan mata uang yang sama, memegang konstan berbagai faktor penentu lain dari perdagangan internasional. Literatur yang besar yang mempekerjakan model gravitasi poin perdagangan internasional jarak, penghasilan tingkat, dan ukuran negara sebagai driver yang paling penting dari arus perdagangan bilateral, sebuah hasil yang kita buktikan di sini. Model yang kami gunakan adalah model standard yang dapat ditulis sebagai berikut :

ln (xij) = ∂ CUij + β0 + β1 ln (Dij) + β2 ln (yi yj / popipopy) + ρ*zij + eij

dimana Xij menunjukkan nilai perdagangan bilateral antara negara-negara i dan j, CU adalah
dummy biner variabel yang kesatuan jika i dan j menggunakan mata uang yang sama dan nol
sebaliknya, DIJ menunjukkan jarak antara negara-negara i dan j, Y menunjukkan PDB riil, pop menunjukkan populasi, Z menunjukkan vektor dari kontrol lain, P menunjukkan 8 koefisien dari variabel dummy, dan e menunjukkan dampak residu semua faktor lain pendorong perdagangan.
Koefisien suku buga adalah y, yang mengukur dampak dari mata uang umum pada perdagangan internasional. Koefisien positif menunjukkan bahwa dua negara yang menggunakan mata uang umum juga cenderung melakukan perdagangan lebih banyak. Z adalah variabel dummy dari perjanjian perdagangan regional; umum bahasa; perbatasan darat umum; penjajah umum; negara yang sama; kolonial hubungan, sejumlah negara yang terkurung daratan; log dari jumlah luas lahan; log produk dari luas lahan dan jumlah negara-negara kepulauan.

Sementara itu, pendekatan lain model gravitasi yang dikembangkan oleh Cheng dan
Wall (2005), model yang tepat dapat ditulis demikian:

ln xijt = β0 + β1 ln Yit + β1 ln Yjt + β3 ln Nit + β4 ln Njt + 1 lnDji + 2Cij +5 Lij+ ij 2

dimana Xij adalah nilai ekspor bilateral antara negara i dan j, Yit adalah GDPi riil asal dan Yjt adalah GDPj negara tujuan, Nit adalah populasi negara-negara asal dan Njt adalah populasi negara-negara tujuan, DIJ adalah jarak antar negara i dan j, CIJ adalah dummy kedekatan, dan LIJ adalah dummy umum-bahasa.

Model dan Metodologi

Kami menganggap integrasi ekonomi ASEAN-5 dalam model data panel untuk mengevaluasi kemungkinan mengimplementasikan proyek ini. Berdasarkan gravitasi inti model Rose & Engel (2003) dan Cheng & Wall (2005), kami akan membuat modifikasi dan menambahkan variabel EMP.

Indeks EMP adalah jumlah sederhana dari tingkat perubahan dalam cadangan internasional dan tingkat perubahan pertukaran rate (REER). Model yang tepat dapat ditulis demikian:

ln xijt = β0 + β1 ln Yit + β2 ln Yjt + β3 ln Nit + β4 ln Njt + β5 lnDji + d1Bij + d2Lij+ d3RTAij + l1 EMPIit +l2 EMPjt +eij 3

dimana Xij adalah nilai ekspor kayu bilateral antara negara-negara i dan j, Yit adalah log
asal GDPi riil dan Yjt adalah log GDPj negara tujuan, Nit adalah log populasi negara asal dan Njt adalah log populasi negara-negara tujuan, DIJ adalah jarak antara negara-negara i dan j, Bij adalah dummy dari perbatasan darat, LIJ adalah dummy umum-bahasa, RTAij adalah dummy Pengaturan Perdagangan Daerah, EMPit adalah Negara asal EMP, EMPjt adalah negara tujuan EMP.

Menurut Cheng dan Wall (2005), ekspor diperkirakan akan positif terkait dengan pendapatan nasional, dan negatif berhubungan dengan jarak atau β1, β2 adalah diharapkan akan positif dan β5 diharapkan negatif. Tanda yang diharapkan untuk koefisien populasi ambigu, dan literatur belum cenderung menemukan konsisten tanda untuk β3 atau β4. Banyak variabel dummy sebagai Perbatasan Tanah (B), Common Language (L), Pengaturan Perdagangan Regional (RTA) diharapkan positif. Akhirnya, variabel krisis ekonomi (EMP) yang diharapkan negatif.

Kami digunakan analisis data panel untuk mengeksekusi model gravitasi integrasi ekonomi. Kami membandingkan tiga metode data panel terdiri dari pooled least square (PLS), generalized least square (GLS), and seemingly unrelated regression (SUR) untuk mengeksekusi model.